Selamat Datang Di Blog Yannah PGSD

Sebagai wujud kontribusi saya sebagai mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), berikut saya posting artikel-artikel yang berkaitan dengan pendidikan dasar.

Silakan download seperlunya, sesuai etika yang ada. Sebutkan sumber-sumber bila Anda mem-posting ulang di blog Anda, maupun mempublikasikannya dalam bentuk apapun. Terima kasih.

Semoga semua tulisan yang ada bisa bermanfaat.

Hubungi penulis bila ada hal yang perlu didiskusikan...^_^

Minggu, 20 Desember 2009

KEMBALIKAN GURU PADA FITRAHNYA

Oleh: Mukayanah

Berbicara mengenai pendidikan, maka tidak terlepas juga dari pembicaraan mengenai guru sebagai salah satu pelaku pendidikan. Peran guru sangat berpengaruh terhadap segala proses pendidikan. Berhasil tidaknya suatu pendidikan berada di tangan para guru.
Memang, ada beberapa pihak yang mengatakan, bahwa peran guru dapat digantikan oleh media. Apalagi sekarang, telah marak berbagai media. Dari yang klasik sampai yang sangat modern. Dari serba biasa sampai yang serba bisa. Akan tetapi, agaknya perlu juga kita pahami, peran guru seperti apakah yang mampu digantikan oleh media (baca: media pembelajaran)?
Secara fitrah, peran guru ada tiga macam. Pertama, guru berperan sebagai pengajar. Dalam hal ini, guru bertugas menyampaikan berbagai materi dan informasi. Guru memberikan ilmu berdasarkan apa yang diketahuinya. Masih ditambah pula berbagai wawasan dari sumber-sumber, buku, dan referensi lain. Peran guru ini adalah juga merupakan peran kognitif. Kedua, guru berperan sebagai pembimbing. Tugas atau peran ini lebih sulit daripada peran mengajar. Membimbing berarti mengarahkan. Tugas pengajaran ini dianggap berhasil jika siswa mampu memahami dan mengerti pengetahuan yang diberikan guru. Hal itu berarti, guru tidak hanya sekadar menjadi penyampai atau ‘penceramah’ semata, tetapi juga harus memiliki sifat keibuan atau kebapakan yang menjadikan siswa mampu menerapkan materi kepada aplikasi nyata. Inilah tugas guru sebagai pendorong sisi psikomotor. Peran guru yang ketiga ialah sebagai pendidik. Inilah peran paling sulit di antara semua peran guru. Jika dalam hal mengajar, guru cukup sekadar menyampaikan. Dalam perannya sebagai pembimbing, cukuplah pemahaman dan kepahaman siswa menjadi tolok ukurnya. Adapun dalam perannya sebagai pendidik, guru harus mampu mempersiapkan siswa agar bisa menjadi manusia seutuhnya. Guru harus menyiapkan generasi pemimpin masa depan, kader bangsa yang didambakan masyarakat. Keberhasilan peran ini tidak hanya jangka pendek saja, namun mencakup jangka panjang lintas generasi. Bisa jadi, proses pendidikan sekarang akan dapat dituai hasilnya beberapa tahun kelak, atau bahkan beberapa keturunan sesudahnya. Inilah yang sulit.
Maka, jika ada orang yang menganggap bahwa peran guru bisa digantikan oleh media, hal itu hanyalah omong kosong. Peran guru yang mampu digantikan oleh media hanyalah perannya sebagai pengajar. Dan memang, pengajaran dan pembelajaran bisa dilakukan di mana saja, ada ataupun tidak ada guru. Adapun peran guru yang lain yakni sebagai pembimbing apalagi pendidik, mustahil akan dapat digantikan oleh media apa saja.
Menyikapi hal tersebut, alangkah bijaknya jika para guru berinstrospeksi terhadap dirinya sendiri. Sudahkah ketiga peran itu dimainkan dengan baik dan memuaskan? Atau justru peran yang berjalan hanyalah sebagai pengajar tanpa mempedulikan peran-peran lainnya?
Guru. ‘Digugu lan ditiru’, begitu istilah dalam bahasa Jawa. Itu tentu saja mengindikasikan bahwa dalam pribadi seorang guru haruslah selalu terdapat teladan di dalamnya. Harus ada sisi kehidupan yang lebih baik di antara lingkungan sekitarnya. Juga harus senantiasa menjadi penengah dalam berbagai problem, baik secara khusus di lingkungan sekolah maupun secara umum dalam masyarakat.
Di sekolah, guru harus mampu mengajar, membimbing, dan mendidik siswa. Apalagi sekarang, eksistensi guru benar-benar terjamin dengan adanya Undang-Undang Guru dan Dosen yang telah disahkan 2005 lalu. Jangan sampai guru hanya mengejar penghasilan semata tanpa memikirkan kualitas diri. Jika dulu guru mengajar seadanya, maka sekarang guru haruslah mengajar secara kreatif. Jika dulu guru hanya sekadar ‘ceramah’ satu arah dalam mengajar, maka sekarang haruslah berusaha memotivasi keaktifan siswanya.
Guru pun harus mampu totalitas di bidangnya. Kehidupan yang telah terjamin hendaknya mampu menjadikan guru berkonsentrasi dan fokus untuk meningkatkan kemampuannya. Dan akhirnya, guru benar-benar layak untuk digugu dan ditiru.
Dalam kehidupan bermasyarakat, seorang guru biasanya juga dijadikan tolok ukur akhlak oleh orang-orang di sekitarnya. Sebutan ‘Pak Guru’ atau ‘Bu Guru’ seolah membuka paradigma masyarakat bahwa orang tersebut pantas dicontoh. Bagaimana tidak? Anak-anak umumnya lebih percaya dengan gurunya dibandingkan dengan orang tuanya. Oleh karena itu, hendaknya guru jangan sampai mengecewakan orang lain. Sebaik-baik orang adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain. Dan ucapan yang paling baik adalah ajakan kepada kebenaran.
Semoga guru bisa menjadi figur kebanggaan masyarakat.

1 komentar: